STUDI VISUAL KAWASAN ALUN-ALUN MERDEKA MALANG

    Kota Malang yang teletak di pedalaman kurang begitu berkembang sebelum tahun 1900 akibat infrastruktur yang buruk. Sejak diresmikan infrastruktur (jalan kereta api Surabaya-Malang) dan komunikasi tahun 1870-an. Sekitar tahun 1900, kota Malang berstatus sebagai kota Gementee dan oleh dewan kota diadakan pembangunan kota secara bertahap. Pengaturan tata kota ini tentu saja lebih menguntungkan pihak Belanda, Permukiman secara terkotak-kotakpun terjadi, warga Eropa umumnya tinggal di sebelah barat alun-alun Merdeka, sekitar alun-alun Tugu dan daerah jalan gunung-gunung, hal ini berdasar perencanaan kota/Bouwplan V dan VII.
    Seperti kota di Jawa lainnya, Kota Malang juga memiliki alun-alun yang dulunya menjadi pusat pemerintahan. Alun-alun Kota Malang menyalahi prinsip-prinsip dasar dari peletakan bangunan dan tata letak kota Jawa seperti peletakan kantor kabupaten dan kantor asisten residen yang tidak berhadapan (Handinoto, 1996: 19). Sebagai pusat pemerintahan dulunya, Kawasan Alun-alun Kota Malang menyimpan banyak sejarah dari cerita masa lalu yang saat ini masih dapat dilihat dari beberapa bangunan di sekitarnya yang berkarakter kolonial maupun bangunan yang tampilannya masih bertahan dari dulu hingga sekarang seperti Kantor Asisten Residen di sebelah selatan alun-alun, bangunan Javasche Bank (Bank Indonesia), Nederland Escompto Bank (Kantor Inspeksi Keuangan), Bank Mandiri, Masjid Jami’, Gereja Immanuel dan sebagainya. Oleh karena itu, kawasan Alun-alun Kota Malang selain menjadi simbol identitas kota di Jawa dengan keberadaan alun-alunya, juga memiliki nilai historis dan makna kultural dilihat dari bangunan-bangunan yang ada di dalamnya baik dulu maupun sekarang.
     Dalam perkembangannya, Kawasan Alun-alun Kota Malang yang terletak di pusat kota, perubahannya di masa mendatang memiliki potensi yang cukup besar. Penurunan nilai kualitas lingkungan di kawasan alun-alun pusat kota oleh adanya peremajaan beberapa bangunan kuno yang diganti dengan bangunan baru tanpa mempertimbangkan estetika bangunan atau lingkungan. Melihat adanya hal tersebut, maka perlu adanya identifikasi terhadap kawasan alun-alun agar muncul upaya antisipasi terhadap perkembangan negatif yang merusak citra kawasan baik fisik maupun nonfisik kota. Maka permasalahan utamanya adalah bagaimana upaya mempertahankan kualitas visual lingkungan alun-alun agar tercipta suatu kawasan yang berkarakter ?

untuk mengetahui makalah tentang studi visual kawasan alun-alun merdeka

Comments