KRITIK TERHADAP ‘DESIGNING & BUILDING IN THE TROPIC’, KARYA BRUNO STAGNO

A.    Designing & Building in The Tropic
1.    Tradition & Avant Garde
     Definisi menurut Stagno, Arsitektur Tradisional berlawanan dengan Avant-Garde keduanya kontras. ‘Tradition as something fixed, immovable’ = kondisi awal eksisting sedangkan ‘avant garde position as what is progressive’ = penggunaan teknologi baru. Avant-garde/pelopor lahir dari tradisi yang berkembang dan mampu diterima oleh orang banyak, di sisi lain tradisi mulai ditinggalkan karena dianggap kuno. Di bidang Arsitektur, sekitar tahun 1980 dengan teknologi tinggi, sedangkan tahun 1990 perubahan ditujukan pada sisi komersial dan sifatnya superficial. Untuk mengimbangi perkembangan maka terbentuk ‘Retro Style’ merupakan wujud baru dalam pemunculan kembali tradisi degan sifat kontemporer. Menurut Longman Dictionary Of Contemporary English, pengertian ‘retro’ adalah deliberately using styles of fashion or design from the recent past. Pengertian ini ada hubungannya dengan definisi retrospective yakni

a. concerned with or thinking about the past; dan b. a show of the work of an artist, that includes all the kinds of work they have done

    Retro muncul dengan ‘memalsukan’ material yang dipakai karena keterbatasan material yang ada sekarang. Teknologi memberikan peran penting pada Avant-garde, namun terkadang eksistensinya kurang karena selalu  tergantikan yang lebih baru.
Konsep awalnya, Avant-garde merupakan evolusi tradisi setempat dengan menggabungkan nilainya tanpa meninggalkan keseimbangan hubungan antara arsitektur dan lingkungan setempat. Namun dalam perkembangannya terdapat permasalahan dengan melupakan arsitektur daerahnya karena dianggap tidak relevan, padahal sarat akan pengetahuan dan harmoni antara kebutuhan hidup, lingkungan, sumber material dan ide penggunaan ruang. Jika menggunakan konsep dan guideline tersebut maka akan terbentuk  arsitektur kontemporer mewujudkan keberlanjutan budaya dan adaptasi setempat

2.    Experience of Tropical Living
      Pada subbab ini lebih dhjelaskan pada pengalaman seseorang yang sifatnya subyektif. Istilah ‘Vivencias’ ~ bhs spanyol : pengalaman harian yang sifatnya belum permanen. Pengalaman hidup di tropis yakni terlihat adanya hubungan antara manusia dan alam yang terwujud kenyamanan. Misalnya ketika sesorang merasakan panas maka ia mencari angin segar di bawah pohon besar.
     Dalam skala kota, perencanaan yang diterapkan di kota modern sering mengabaikan elemen pengaruh iklim, tujuan utamanya adalah bukan karena budaya & lingkungan tetapi simpel yaitu ‘housing & infrastructure’. Untuk kenyamanan iklim mikro, orang cenderung menciptakan suasana nyaman tapi berlebihan sehingga boros sumber daya. Hal ini karena kurang pekanya rasa dalam menanggapi alam = perlu redefinisi ‘vivencias’.
      Esensinya dalam menanggapi iklim, di tropis terdapat kemarau dan penghujan memberikan pengalaman : sensasi dekat dengan alam, wujudnya konstrusi bangunan terbuka dan mengetahui penggunaan sumber daya alam secara efektif. Contoh penerapannya ketika pengalaman orang barat yang migrasi ke tropis juga dalam merasakan ‘vivencias’-nya sendiri dlm berarsitektur. Tantangannya adalah penerapan arsitektur kontemporer dengan vivencias di tropis dengan penerapan style baru
3.    Habitability & Bioclimatic Architecture
Pengalaman Stagno yang kebanyakan berkarya di Costa Rica banyak menggunakan sumber daya alam ketika mendesain = penerapan gaya architectonic dgn bioclimatic. Contoh : - meningkatkan kecepatan angin -> suhu turun
              - mengurangi radiasi dgn kegelapan
              - ventilasi silang untuk mengurangi kelembapan
Penerapan ini dipakai tanpa menggunakan teknologi tinggi (natural tetapi ekonomis).

4.    Tectonic & Architecture

Tektonik merupakan suatu seni dari konstruksi secara umum namun dipengaruhi oleh tradisi dan berhubungan dengan kearifan lokal. Stagno ketika di Costa Rica juga memilih karakter Tektonik, karena cukup banyak material konstruksi. Seperti blok beton dan bata. Ciri tektonik pada desain Stagno :
a.    Material umumya beton, bata, metal dan kaca
b.    lowcost dan mewakili gaya modern
c.    Modul konstruksi sederhana tetapi desain kompleks
d.    Perawatan minimal : air &penghapus debu
e.    Tercipta efek alami dan aksentuasi unik
f.    Menggunakan unsur cahaya
     Cahaya merupakan unsur penting dalam menunjukkan nilai kontras karena kontras adalah bahasa tektonik dalam arsitektur. Cahaya mampu menunjukkan kualitas kemasifan bahan dengan kontras atraktif diantara solid yang memberikan efek keindahan dan kekaleman dari penggunaan metal.
      Menurut Stagno, perhatian juga diberikan pada desain atap karena sebagai ‘pelindung’, hal ini sedikit berlawanan dengan pendapat Prijotomo yang mana fungsi atap di tropis yang benar adalah sebagai ‘peneduh’. Fungsi utama : perlindungan dari hujan dan sinar matahari, fungsi tambahan : pendar, ventilasi, insulasi. Upaya transformasi tektonik pada atap adalah dengan desain metal sehingga kontras diciptakan dengan material dinding dengan batu bata.

5.    Space and Shadow
Cahaya & ruang mrpk unsur yang penting, yang mana cahaya menerangi kegelapan. Hal ini cahaya bertindak sebagai material. Namun bila muncul tidak bersamaan maka tidak dapat disebut material. Dalam menyusun ruang arsitektural perlu adanya ‘vivencias’  dengan penekanan pada teknik shadowing yang mana di tropis menghindari banyak cahaya. Ketika mengalami perpindahan ruang (eksterior      interior) dimana kita dapat menilainya di waktu yang sama. Perubahan itu penting untuk menunjukkan ruang dari terang (banyak cahaya) ke semidarkness.
      Berdasar hal tersebut diketahui pengaruh cahaya terhadap ruang, Dengan dasar ars tradisional maka dianjurkan menggunakan material transparan menggunakan bayangan sebagai kesatuan dengan fungsi ruang luar dan seolah hanya ditutupi oleh atap. Contoh desainnya seperti pada eko prawoto. Hal ini berlawanan dengan ruang yang diciptakan oleh Van der Rohe yang mana terbuka dan cahaya bebas masuk.
     Dari berbagai urutan pendapat Stagno di atas, maka diketahui karakter stagno dalam mendesain bangunan terangkum dalam konsep berikut ini, atap sebagai focal point yang mempunyai karakter, dengan bentuk yang split, sudut banyak, dan bervariasi sehingga berpengaruh pada penetrasi cahaya. Ruang atap tidak berplafon dan merupakan konjungsi bidang miring dengan refleksi sehingga cahaya menghasilkan bayangan pada dinding.

6.    Kesimpulan
Stagno menganggap bahwa eksistensi arsitektur tradisional harus tetap dipertahankan tetapi dalam bentuk yang lain. Pengalaman/vivencias dalam mengamati lingkungan alam tropis memberikan ispirasi desain. Stagno juga belajar tentang peran serta elemen bangunan yang menyusunnya seperti atap yang dalam desainnya sebagai ‘focal point’ memiliki fungsi sebagai  peneduh yang diperkuat oleh pendapat J. Prijotomo. Stagno juga memainkan cahaya yang dianggapnya sebagai material sehingga bangunan dapat hidup oleh karena itu dia menyusunnya secara split. Selain cahaya, stagno menerapkan material ekspos pada dinding yang menguatkan efek kontras. Dari pengalaman alami teknologi tradisional dia mampu mewujudkan arsitektur yang baru atau avant garde.

DAFTAR PUSTAKA
Stagno, Bruno (…). Tropical Architecture : Designing and Building in The Tropics. 
untuk mengetahui lebih detail tentang full presentation, silahkan klik disini

Comments