MENGUAK STRUKTUR SIMBOL HURUF ‘WAWU’ (ﻭ) SEBAGAI BAHASA SEMESTA

      Huruf wawu () dikenal sebagai huruf arabik, ternyata banyak memiliki arti. Sebelum islam berkembang, ternyata pada kebudayaan tradisional banyak fakta-fakta bentukan lengkung ini sebagai ornamen simbol. Misalkan pada gambar di bawah ini,
 
Sebelumnya kita mengetahui bahwa huruf ini hanya dijumpai dalam bahasa arab. Perlu diketahui bahwa arab bukanlah islam, islam bukanlah jawa, Malaysia, dan seterusnya. Tetapi lebih dari itu. Huruf ini disepakati bersama dalam ranah universal atau kesemestaan, sehingga banyak ditemui di banyak tempat dalam waktu yang berbeda. Bisa dibayangkan jarak antara Timor dan Batak yang sangat jauh.
Arti kata secara bahasa dalam Quran, huruf wawu; dibaca Wa berarti ‘…dan…’ atau ‘demi…’ yang bermakna berkelanjutan. Sesuatu pasti punya kesepasangan. Sedangkan huruf hidup yang lain seperti ‘wi’ dan ‘wu’ tidak memiliki arti. Dalam simbolisme tradisional, bentukan lengkung yang diduga mirip huruf wawu cenderung dimiliki oleh kaum feminis saat berhubungan dengan leluhurnya. (lihat gambar diatas). Hubungan ini menunjukkan suatu keberlanjutan antara kehidupan sekarang dan sebelumnya yang terpisahkan oleh waktu.
Huruf wawu juga ditemui pada diri seorang wanita. Dalam analisis linguistik tentang gender masih mengalami kebingungan tentang baik-buruknya pemakaian kata wanita atau perempuan. Kenyataannya dua-duanya juga dipakai dalam konteks yang berbeda. Perempuan berasal dari bahasa Melayu yaitu Puan atau Tuan, dipakai untuk kesetaraan misalkan hak hidup dan hak asasi (bahasa intelektual). Wanita alih kata dari betina merupakan peyorasi dan merupakan pengembangan dari bahasa jawa. Kata ini lebih dipakai pada situasi spiritual dan memiliki tendensi pada fungsi reproduksi atau melahirkan generasi. Jadi ada saatnya memakai kata wanita atau perempuan, bukan untuk dipertentangkan. Mengenai keberadaan huruf wawu tersebut berada pada simbol rahim sebagai wujud keberlanjutan (reproduksi) untuk kehidupan selanjutnya yang tidak ditemui pada pria. Sebenarnya tubuh manusia merupakan rangkaian simbol dari huruf dalam Quran sebagai bahasa semesta. Menyinggung dari segi dualisme berlawanan antara pria-wanita, ataupun yang lainnya semisal tua-muda, baik-buruk, kaya-miskin pernah dijelaskan oleh Levi-Strauss, merupakan bentuk strukturalis yang mampu mempengaruhi arsitektur sebagai wadah; yaitu pembedaan ruang (pemisahan ruang lelaki-perempuan pada permukiman tradisional, contoh rumah Sade menempatkan posisi wanita pada ruang dalam yang menganalogikan rumah sebagai rahim, sedangkan pria tidur di ruang luar).
Berbicara tentang arsitektur, juga tidak terlepas dari kata sustainable yaitu  bagaimana huruf ini memberikan pengaruh terhadap dunia lingkungan binaan. Dalam karya eko prawoto juga ditemui bentukan lengkung ini sebagai makna open ending, berkelanjutan, seperti repro : tunas. Lengkungan ini disebut dengan ‘lung-lungan’ dipelajari juga oleh Le Corbusier dengan bentukan keong ataupun prototipe galaksi sebagai titik yang berpusar konsentris, seperti pula pada huruf wawu. Hal ini menyatakan bahwa eksistensi arsitektur akan terus mengalami perubahan (pengembangan). Di lain pihak, ada gonjang-ganjing mengenai apa makna tradisional terhadap perubahan. Pada kajian tentang Living House oleh Waterson juga mengalami permasalahan yang sama. Yaitu apakah bangunan baru (didirikan sekarang) bergaya lama bisa disebut tradisional ataukah harus bangunan lama saja. Secara fisik akan sulit untuk menetapkan bahwa bangunan tidak berubah; karena ada pengaruh eksternal, akan tetapi esensi akan tetap; seperti ritual budaya. Jika ingin mengetahui sesuatu yang tetap atau berubah, kembali pada hukum ketetapan lingkungan atau ketetapan Sang Pencipta : Kun (Jadi : ketetapan) Fayakun (maka jadilah : bisa berubah).
Sisi yang lain mengenai keberlanjutan yang dewasa ini menyoroti tentang green architecture (green design). Sebenarnya kata green ini tidak serta merta sebagai jawaban atas degradasi lingkungan, tetapi kegagalan era modern dalam mendaya-manfaatkan lingkungan. Dalam posmodern ini kata sustainable ditujukan pada kehidupan yang lebih baik. Demikianlah analogi dari huruf wawu yang menunjukkan proses perubahan dan masih selalu bergerak tumbuh.
                                      
Ucapan terima kasih khusus saya tujukan kepada Dr. Galih P, DEA. yang memberikan inspirasi untuk menulis secarik artikel ini dan menyebarkan ilmu di dalamnya.

Comments

Post a Comment