Ada apa dengan mahasiswa ARSITEKTUR?

Saya adalah alumni mahasiswa arsitektur. Ada beberapa hal yang menurut saya menarik, sebagai evaluasi terhadap rencana hidup seorang arsitek. Kondisi ideal ini saya dapatkan dari arsitek terkenal yaitu Bp. Baskoro Tedjo yang kebetulan beberapa waktu lalu bercerita juga tentang pengalaman hidupnya.

1. Lulus mau jadi apa?
Tahukah kalian, ketika mahasiswa meraih gelar sebagai alumni seharusnya raut wajah mereka tampak sedih karena hanya menambah angka pengangguran di kota, selain dirayakan kelulusan tersebut dengan keluarga. Hal ini dapat dikecualikan bila sudah memiliki arahan hidup, salah satunya magang di perusahaan besar. Hal terpenting adalah bisa berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal sekalipun. Salah satu rahasia dari arsitek adalah pandai bermarketing, ber-bullshit ria, omong kosong tapi masih berkaitan dengan bidangnya. Intinya kita harus bisa jual diri, mempromosikan diri bahwa kita bisa mengerjakan suatu project. Kepiawaian dalam berkomunikasi ini diperlukan oleh perusahaan semacam konsultan dan kontraktor. Ambillah pengalaman untuk mencari link selama 1-2 tahun di kantor tersebut, lalu buatlah kantor arsitek sendiri. Kita sebagai arsitek, jangan mau hanya menjadi karyawan atau bawahan, kita harus merasa cukup cakap untuk menjadi seorang pemimpin. Karena masing-masing manusia adalah seorang pemimpin. Sejenak kita lupakan apa itu PNS, atau karyawan bank atau perusahaan. Untuk karyawan bank merupakan profesi yang paling aman dari dunia arsitektur.

Ada tantangan lain yaitu faktor eksternal, dengan beranjaknya usia kita sekitar 20-30an maka keinginan untuk membentuk keluarga semakin kuat. Ada dua pilihan yaitu, menikah atau menundanya. Terkadang faktor ini cukup mengganggu profesi jika tidak segera diputuskan. Jika ingin menikah, tapi belum punya modal. Maka menikahlah. Dengan menikah akan membuka pintu rizeki namun syaratnya jika pasangan tersebut memiliki visi yang sama. Jika ingin menunda pernikahan mungkin ada lebih baiknya karena mampu mengembangkan usaha lebih bebas.

2. Studio saja atau lembaga berbadan hukum?
Ketika memutuskan untuk membuat usaha sendiri, harus ada semangat dalam diri untuk maju. Kakak saya yang berprofesi sebagai arsitek juga mengatakan bahwa arsitek harus tahan banting, bullshit jika hanya pasif dan duduk diam tanpa melakukan apapun usahanya akan maju. Untuk motivasi membuat usaha sendiri, saya banyak membaca buku dari Ippho santosa, selain menghapus kegalauan juga mengarahkan hidup kita untuk maju. Usaha dalam arsitek seperti konsultan atau studio pasti memiliki beberapa orang untuk memegang divisi. Jika kalian adalah leadernya maka pilihlah orang yang benar-benar berkompeten. 

Kumpulan arsitek biasanya membentuk studio, awalnya dari 'ngopi bareng' selanjutnya berbicara tentang pekerjaan. Nah, studio terbentuk jika masing-masing dari mereka memiliki komitmen sesuai dengan passion mereka. Awalnya untuk memulai usaha sangat sulit, jika hanya berpikir tentang materi. Duit sebagai orientasi awal pendirian usaha. Yang terpenting adalah pengorbanan awal, tentang bagaimana memasarkan studionya agar masyarakat bisa paham, tentang kelengkapan peralatan, tenaga ahli, kesepakatan harga dasar tentang jasa yang ditawarkan. Seiring berjalannya waktu, maka usaha konsultan arsitektur akan berjalan maju berbanding lurus dengan keuletan dan ketelitian.

Personel dari studio biasanya terdiri atas leader, arsitek, pemimpin project, administrator, drafter, dan surveyor. Semakin banyak personel maka membutuhkan biaya operasional yang besar dan kurang hemat. Umumnya diperlukan kantor sendiri untuk mendayagunakan para personel tersebut. Lalu lebih baik studio atau badan hukum berupa CV? Usaha konsultan/kontraktor akan lebih dihargai jika kalian memiliki badan usaha sendiri berupa CV, terutama jika project tersebut dari pemerintahan. Kalau pekerjaan kalian dari bidang swasta cukup studio saja. Persyaratan untuk membuat CV juga dirasakan ribet apalagi ada pajak tahunannya. Namun, jika kita mengeluarkan sedikit umpan maka akan mendapat ikan yang lebih besar. Jika kita berani membuat CV untuk studio kita, selain mendapat nama juga diakui masyarakat. Jangan lupa, setiap perusahaan juga memiliki company profile untuk mempromosikan kemampuan terbaik perusahaan.

Umumnya yang project yang dipegang oleh arsitek ada dua macam. Menurut Y Kalson, project arsitek ada project unggulan dan andalan. Project unggulan, sifatnya berasal dari owner besar dan jarang mendapatkannya. Proyek ini mengembangkan idealisme kita untuk berkarya dan untuk memiliki fee yang besar. Sedangkan project yang sifatnya andalan bersifat proyek perut, yang mana untuk mengisi kas perusahaan tiap bulan, tidak memerlukan usaha yang lebih, proyek yang satu bisa digunakan untuk proyek yang lainnya dan feenya termasuk kecil.

Adapun yang paling penting adalah bagaimana kita memperoleh proyek? kalau bukan dari jaringan yang kita kembangkan dari mulut ke mulut

3. Cari nama
Hal terpenting yang masih belum cukup disadari adalah 'membuat nama kita menjadi besar'. Besar berarti mampu dikenal masyarakat tentang karya-karya kita. Selain hanya mengerjakan proyek yang hasilnya digunakan untuk hidup kita. Bagaimana caranya? Tentu kalian pernah mendengar yang namanya sayembara bukan? Ya betul, sayembara. Dengan mengikuti sayembara maka kalian akan dikenal setelah kalian menang. Kalian akan mendapatkan jaringan yaitu dekat dengan kepala bidang di pemerintahan atau perusahaan. Coba kalian browsing sayembara biasanya dikeluarkan oleh produk-produk material bangunan di website resminya seperti dulux, jayaboard, dsb. Sayembara juga bisa dikeluarkan dengan penataan kota atau kawasan seperti sayembara penataan alun-alun kota Malang yang pengumumannya lewat website resmi pemerintah kota Malang. Kebetulan saya pernah memenangkan sayembara rumah malangan tahun 2009, dan hal tersebut berguna ketika kalian mendaftarkan untuk pekerjaan masa depan. Portofolio apakah yang pernah kalian kerjakan.

Sekian chapter untuk sharing pengalaman hidup kali ini, saya sambung di waktu yang lain. Semoga bermanfaat. :)))



Comments

Post a Comment